Corak
Kehidupan Masyarakat Prasejarah (Praaksara)
“Pada
kesempatan kali ini, sejarah kelas x .blogspot.com akan membahas materi
mengenai corak kehidupan masyarakat prasejarah atau praaksara. Materi ini
dibahas agar kalian dapat memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman
prasejarah atau zaman praaksara.”
Masa
prasejarah atau praaksara merupakan masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Pada masa ini, kehidupan manusia masih sangat primitif. Namun, manusia
pada masa ini tetaplah makhluk hidup. Mereka hidup, bergerak, dinamis,
berpikir, bahkan memiliki berbagai kebutuhan seperti halnya kita. Perbedaannya,
mereka masih sangat primitif sehingga dengan segala keterbatasannya mereka
melakukan segala aktivitas dengan sangat sederhana.
Zaman
praaksara sering juga disebut sebagai zaman prasejarah atau zaman nirleka. Nir
artinya tidak dan leka artinya tulisan. Jadi kesimpulannya, pada zaman ini
manusia masih belum mengenal tulisan. Batas antara zaman prasejarah dan zaman
sejarah adalah dengan ditemukannya tulisan dalam kebudayaan manusia.
Dimulainya
zaman sejarah pada setiap bangsa itu berbeda-beda, hal itu tergantung dari
tingkat peradaban masing-masing bangsa. Bangsa yang pertama kali menggunakan
tulisan dalam kebudayaan mereka adalah bangsa sumeria. Sekitar 3000 tahun
sebelum masehi, mereka terbukti telah membuat ukiran diatas tanah liat , yang
dipercaya berisikan simbol-simbol yang merepresentasikan angka-angka.
Berdasarkan
penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan masyarakat praaksara
(prasejarah) menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
- Masa berburu dan mengumpulkan makanan, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan kegiatan berburu dan terbuat dari batu.
- Masa bercocok tanam, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang digunakan sebagai alat bercocok tanam (pertanian) yang sederhana (masih terbuat dari batu).
- Masa perundagian, pada masa ini ditemukan peralatan-peralatan yang telah menggunakan bahan dasar logam.
Pengertian zaman praaksara

Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah
Sumber informasi zaman praaksara
Sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara:1. Fosil
2. Artefak
Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah.
Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
Gambar
fosil manusia

Gambar
artefak dari batu

Pembabakan zaman praaksara
1. Pembabakan Zaman Praaksara berdasarkan GeologiGeologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan Praaksara yang terdiri dari:
a. ARKAEKUM/zaman tertua
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.
b. PALEOZOIKUM/zaman primer atau zaman hidup tua
Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung. Untuk lebih mengenal bintang-binatang tersebut amatilah gambar berikut ini.

Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil. Amati gambar berikut:

d. NEOZOIKUM/zaman hidup baru
Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:
1) Tersier/zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primat, contohnya kera.
2) Kuartier/zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen

Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono.Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia:
a. Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta – 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis.
b. Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta – 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 – 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis

Perkembangan kehidupan zaman praaksara
Berikut ini Anda akan mengikuti paparan perkembangan manusia Indonesia yang hidup pada zaman Praaksara. Kehidupan masyarakat (manusia) pada zaman Praaksara terbagi menjadi 3 periode, yaitu:a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan
b. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.
c. Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi
Peninggalan budaya zaman praaksara
1) Batu Tua/PalaeolithikumMerupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.
Contohnya: kapak genggam

Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua.
Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera

Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya.
Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
Menurut Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China bagian Selatan.Kedatangan nenek moyang dari wilayah Yunnan ke wilayah nusantara terbagi dalam dua gelombang yakni:
1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun 2000 SM, mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Arah persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni: Bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua melanesoid) , datang dari Yunnan melalui Filipina, kemudian menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua. Cabang yang kedua adalah Ras Austronesia, membawa kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui Yunnan, Malaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.

Hasil budaya proto melayu
2. Deutro Melayu: sampai di wilayah Nusantara kira-kira tahun 500 SM, membawa kebudayaan Dongson, wilayah Vietnam bagian utara, benda yang dibawa antara lain: nekara, candrasa, bejana, arca, manik-manik. Alur penyebaran Melayu Muda ini, berawal dari daratan Asia, Thailand, Malaysia Barat, kemudian menyebar ke wilayah Nusantara.

Contoh hasil kebudayaan Dongson (nekara dan moko)
Kepercayaan
Manusia Indonesia pada Zaman Praaksara
“Hai
guys,..... sejarah kelas x .blogspot.com akan membahas mengenai Indonesia pada
zaman prakasara: Kepercayaan Manusia Indonesia Pada Zaman Praaksara . Melalui
postingan ini, diharapkan kalian semua dapat terbantu dalam memahami corak
kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman praaksara).”
Kepercayaan
dalam masyarakat purba sudah tumbuh dan berkembang sejak dahulu. Salah satu
aspek yang dapat dikaitkan dengan kepercayaan adalah berupa
peninggalan-peninggalan megalitik. Kepercayaan pada masyarakat purba dibedakan
menjadi animisme, dinamisme dan totemisme.
Animisme
merupakan kepercayaan manusia purba terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal dunia. Menurut mereka, arwah nenek moyang selalu memperhatikan mereka
dan melindungi, tetapi akan menghukum mereka juga kalau melakukan hal-hal yang
melanggar adat. Dengan demikian, orang tua yang mengetahui dan menguasai adat
nenek moyang akan menjadi pemimpin masyarakat. Penghormatan kepada nenek moyang
dilakukan dengan pimpinan orang tua tersebut, yang diterima oleh masyarakat sebagai
ketua adat.
Lain
halnya dengan dinamisme. Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa semua benda
mempunyai kekuatan gaib, seperti gunung batu, dan api. Bahkan benda-benda
buatan manusia diyakini juga mempunyai kekuatan gaib seperti patung, keris,
tombak, dan jimat. Sesungguhnya proses pembuatan benda-benda megalitik, seperti
menhir, arca, dolmen, punden berundak, kubur peti batu, dolmen semu atau
pandhusa, dan sarkofagus dilandasi dengan kayakinan bahwa di luar diri manusia
ada kekuatan lain. Dilandasi anggapan bahwa menhir atau arca, sebagai lambang
dan takhta persemayaman roh leluhur, kedua jenis peninggalan itu digunakan
sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dolmen dan punden berundak
digunakan untuk tempat upacara. Pendirian punden berundak juga berdasarkan atas
arah mata angin yang diyakini memiliki kekuatan gaib atau tempat-tempat yang
dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang.
Sedangkan totemisme merupakan
Kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang tertentu merupakan
nenek moyang suatu masyarakat atau orang-orang tertentu. Binatang-binatang yang
dianggap sebagai nenek moyang antara orang yang satu dengan orang atau
masyarakat yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Biasanya
binatang-binatang yang dianggap nenek moyang itu, tidak boleh diburu dan
dimakan, kecuali untuk keperluan upacara tertentu.
Sumber
:
Supriyadi,
Marwan. 2009. Sejarah 1 : Untuk SMA/ MA kelas x. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Materi Terkait :
Kehidupan Sosial ManusiaIndonesia pada Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian
Materi Terkait :
Kehidupan Sosial ManusiaIndonesia pada Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian
Kehidupan Ekonomi ManusiaIndonesia
pada Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian
Kebudayaan Manusia Indonesiapada
Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian Benda yang dihasilkan
Teknologi Manusia Indonesia pada
Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian
Kepercayaan Manusia Indonesia pada
Zaman Praaksara Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan Pada Masa Bercocok Tanam Pada Masa Perundagian Bangunan Megalithikum
Manusia Purba Memenuhi Kebutuhan
Hidupnya
Bagaimana sistem kehidupan manusia purba? Bagaimana cara mereka mendapatkan makanan? Di manakah mereka bertempat tinggal? Berdasarkan corak kehidupannya, Zaman Praaksara dapat dibagi menjadi tiga periode.
a. Masa Berburu dan Meramu
Masa berburu dan meramu merupakan masa paling awal manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ketersediaan kebutuhan hidup oleh alam merupakan sumber utama kehidupan mereka. Bagaimana proses kehidupan pada masa ini?
1) Mencari dan Mengumpulkan Makanan (Foodgathering)
Manusia praaksara pada awalnya hanya memenuhi kebutuhan hidupnya dari mencari dan mengumpulkan makanan. Mereka belum mengenal bercocok tanam, apalagi tempat tinggal. Makanan yang dikumpulkan berupa jenis ubi-ubian, buah-buahan, keladi ataupun daun-daunan. Bahan makanan yang dikumpulkan tidak dimasak terlebih dahulu, tetapi langsung dimakan karena pada saat itu manusia purba belum mengenal api untuk memasak.
Mereka menggunakan alat berburu dari ketersediaan alam juga, seperti kayu, batu, atau tulang hewan yang telah mati. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana dan kasar.
2) Hidup Berkelompok
Pada umumnya, manusia purba hidup secara berkelompok. Mereka memilih tempat yang banyak bahan makanan dan air. Padang rumput dan hutan yang berdekatan dengan sungai mereka pilih sebagai tempat hidup berkelompok. Tempat tersebut dipilih karena banyak terdapat bahan makanan dan dilewati binatang buruan.
3) Bertempat Tinggal Sementara
Pada perkembangannya, sebagian manusia purba ada yang mulai bertempat tinggal sementara. Mereka biasanya tinggal di gua-gua, tepi danau, ataupun di ceruk-ceruk di tepi pantai. Tempat-tempat tersebut mereka gunakan untuk berteduh dan menimbun bahan makanan.
b. Masa Bermukim dan Bercocok Tanam
Melalui pengalaman hidupnya, manusia purba menemukan cara baru untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka menemukan cara bercocok tanam. Seiring dengan masa bercocok tanam, mereka mulai hidup menetap. Kebudayaan lainnya ikut berkembang dengan pesat. Alat pertanian berkembang semakin maju. Begitu pula dengan sistem sosial dan sistem kepercayaan mulai terbina secara teratur. Masa bermukim dan bercocok tanam sering disebut masa revolusi kebudayaan. Hal ini didasarkan pada terjadinya perubahan besar pada berbagai corak kehidupan manusia purba.
Bagaimana sistem kehidupan manusia purba? Bagaimana cara mereka mendapatkan makanan? Di manakah mereka bertempat tinggal? Berdasarkan corak kehidupannya, Zaman Praaksara dapat dibagi menjadi tiga periode.
a. Masa Berburu dan Meramu
Masa berburu dan meramu merupakan masa paling awal manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ketersediaan kebutuhan hidup oleh alam merupakan sumber utama kehidupan mereka. Bagaimana proses kehidupan pada masa ini?
1) Mencari dan Mengumpulkan Makanan (Foodgathering)
Manusia praaksara pada awalnya hanya memenuhi kebutuhan hidupnya dari mencari dan mengumpulkan makanan. Mereka belum mengenal bercocok tanam, apalagi tempat tinggal. Makanan yang dikumpulkan berupa jenis ubi-ubian, buah-buahan, keladi ataupun daun-daunan. Bahan makanan yang dikumpulkan tidak dimasak terlebih dahulu, tetapi langsung dimakan karena pada saat itu manusia purba belum mengenal api untuk memasak.
Mereka menggunakan alat berburu dari ketersediaan alam juga, seperti kayu, batu, atau tulang hewan yang telah mati. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana dan kasar.
2) Hidup Berkelompok
Pada umumnya, manusia purba hidup secara berkelompok. Mereka memilih tempat yang banyak bahan makanan dan air. Padang rumput dan hutan yang berdekatan dengan sungai mereka pilih sebagai tempat hidup berkelompok. Tempat tersebut dipilih karena banyak terdapat bahan makanan dan dilewati binatang buruan.
3) Bertempat Tinggal Sementara
Pada perkembangannya, sebagian manusia purba ada yang mulai bertempat tinggal sementara. Mereka biasanya tinggal di gua-gua, tepi danau, ataupun di ceruk-ceruk di tepi pantai. Tempat-tempat tersebut mereka gunakan untuk berteduh dan menimbun bahan makanan.
b. Masa Bermukim dan Bercocok Tanam
Melalui pengalaman hidupnya, manusia purba menemukan cara baru untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka menemukan cara bercocok tanam. Seiring dengan masa bercocok tanam, mereka mulai hidup menetap. Kebudayaan lainnya ikut berkembang dengan pesat. Alat pertanian berkembang semakin maju. Begitu pula dengan sistem sosial dan sistem kepercayaan mulai terbina secara teratur. Masa bermukim dan bercocok tanam sering disebut masa revolusi kebudayaan. Hal ini didasarkan pada terjadinya perubahan besar pada berbagai corak kehidupan manusia purba.
eknologi
Manusia Indonesia pada Zaman Praaksara
“Hai
guys,..... sejarah kelas x .blogspot.com akan membahas mengenai Indonesia pada
zaman prakasara: Teknologi manusia Indonesia pada zaman praaksara. Melalui
postingan ini, diharapkan kalian semua dapat terbantu dalam memahami corak
kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman praaksara).”
Pada
kehidupan berburu dan meramu pada tahap awal, penguasaan manusia terhadap
teknologi masih sangat sederhana dan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar
manusia pada saat itu. Setelah manusia menetap di goa-goa, mereka mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya dan keterampilan membuat
alat-alat.
Pembuatan
alat-alat dari bahan batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan masih sangat
sederhana dalam bentuk maupun cara pembuatannya. Hasil budaya fisik pada saat
itu berupa alat-alat dari batu oleh para ahli dianggap sebagai tahap awal dari
manusia menguasai satu bentuk teknologi sederhana yang disebut teknologi
paleolitik. Di Indonesia, alat-alat yang terbuat dari batu dengan berbagai
bentuk itu dikelompokkan dalam dua tradisi kapak perimbas dan tradisi alat
serpih.
Pada
tingkat permulaan budaya, manusia membuat alat-alat yang sangat sederhana dan
bahannya dari batu, tulang, duri ikan, dan kayu. Alat-alat yang terbuat dari
bahan kayu sukar ditemukan bekas-bekasnya karena kayu tidak tahan lama.
Alat-alat dari zaman prasejarah itu mula-mula ditemukan di atas permukaan
tanah, sehingga para peneliti tidak dapat memastikan pada lapisan manakah asal
alat-alat tersebut.
Dalam
sistem berburu dan meramu ini diutamakan cara-cara memburu dan menangkap hewan
dengan alat-alat yang diciptakan secara sederhana. Alat- alat perburuan yang
memainkan peranan penting pada masa itu, tetapi tidak dapat ditemukan kembali
karena telah musnah, misalnya gada dari kayu atau tulang, tombak kayu dan
jebakan-jebakan kayu. Cara-cara lain dengan membuat jebakan berupa
lubang-lubang atau dengan cara menggiring hewan buruan ke arah jurang yang
terjal. Perburuan biasanya dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil dan hasilnya
dibagi bersama. Kelompok berburu terdiri dari keluarga kecil, yaitu orang
laki-laki melakukan perburuan dan para perempuan mengumpulkan makanan
(tumbuh-tumbuhan). Di samping itu, para perempuan juga memelihara anak-anak.
Peranan para perempuan penting sekali dalam memilih (seleksi) tumbuh-tumbuhan
yang dapat dimakan dan membimbing anak-anak dalam meramu makanan. Setelah
ditemukan penggunaan api, maka perempuan menemukan cara-cara memasak makanan,
memperluas pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan
dan cara memasaknya.
Dengan
melihat ciri-ciri tertentu, alat-alat yang terbuat dari batu ini digolongkan
menjadi empat, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak
genggam awal. Kapak perimbas mempunyai ciri-ciri antara lain bagian tajamnya
berbentuk cembung atau lurus dengan memangkas satu sisi pinggiran batu dan
kulit batu masih melekat dipermukaan. Kapak penetak mempunyai ciri-ciri
ketajamannya dibentuk liku-liku dengan cara penyerpihan yang dilakukan
berselang-seling pada kedua sisi ketajamannya. Pahat genggam mempunyai
ciri-ciri tajamannya berbentuk terjal mulai dari permukaan atas batu sampai
pinggirannya dan dibuat juga dengan cara penyerpihan. Kapak genggam awal
mempunyai ciri-ciri bentuknya meruncing dan kulit batu masih melekat pada
pangkal alatnya serta tajamannya dibentuk melalui pemangkasan pada satu
permukaan batu.
Dari
empat jenis utama kapak itu terdapat jenis-jenis lain dengan bentuk dan
variasinya sendiri. Hal itu terlihat, misalnya jenis kapak perimbas tipe
setrika, kura-kura, dan serut samping di daerah Punung, (Pacitan). Sementara
itu, alat-alat serpih yang paling umum ditemukan mempunyai ciri-ciri kerucut
pukulnya menonjol dan dataran pukulnya lebar dan rata. Ciri-ciri itu
digolongkan ke dalam jenis-jenis alat serpih sederhana. Temuan-temuan alat
serpih di Indonesia juga menunjukkan variasinya, bahkan terdapat beberapa alat
serpih yang menunjukkan teknik pembuatannya yang lebih maju.
Perkakas-perkakas
batu yang digunakan pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini ditemukan tersebar
dibeberapa tempat, terutama daerah-daerah yang banyak mengandung bahan batuan
yang cocok untuk pembuatan alat tersebut. Ini menunjukkan bahwa tradisi
kapak perimbas pada masa itu sudah digunakan hampir di seluruh Indonesia.
Ditemukan
dua ribu alat batu di Kali Baksoko, kabupaten Pacitan, tempat penemuan itu
ditentukan sebagai kompleks kapak perimbas dengan sebutan Budaya pacitan. Semua
jenis kapak batu itu umumnya berbentuk besar dan cara pembuatannya kasar. Kulit
batu masih melekat pada permukaan alat dan tajamannya berliku atau bergerigi.
Sementara itu, satu jenis yang juga penting selain kapak perimbas adalah kapak
genggam. Kapak genggam ini pada umumnya dibuat secara kasar, tetapi terdapat
beberapa kapak yang diserpih secara teliti dan lebih halus berbentuk bulat atau
lonjong.
Daerah
penyebaran kapak perimbas ini adalah di daerah Punung, Gombong, jampang kulon,
dan Parigi (jawa). Di Sumatera kapak perimbas ditemukan di daerah Tambangsawah,
Lahat, dan Kalianda. Di Sulawesi kapak ini ditemukan di daerah Cabbenge. Di
Bali kapak ini ditemukan di daerah Sembiran dan Trunyan. Di Sumbawa kapak
tersebut ditemukan di daerah Batutring. Di Flores kapak tersebut ditemukan di
daerah wangka, Soa, Maumere, dan mangeruda, dan di Timor kapak perimbas ditemukan
di daerah Atambua dan Ngoelbaki.
Jenis
kapak perimbas ini juga ditemukan di negara-neara Asia yang lain, seperti
Pakistan, Birma, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina dan Vietnam. Ada pula
alat-alat serpih yang berukuran kecil yang diduga digunakan sebagai pisau,
gurdi atau penusuk. Dengan alat itu manusia purba dapat mengupas, memotong dan
mungkin juga menggali umbi-umbi.
Kapak
genggam Sumatera atau pebble ditemukan tersebar di pantai timur Sumatera
terutama di daerah Lhok Seumawe, Tamiang, Binjai, di bukit-bukit kerang di
Aceh, dan di Sangiran Jawa Tengah. Bahan-bahan yang digunakan biasanya dari
batu andesit yang dibuat melalui pemangkasan satu sisi atau dua sisi. Para ahli
menganggap bahwa kapak genggam Sumatera ini mengikuti tradisi pembuatan kapak genggam
di daratan Asia.
Dilihat
dari cara pembuatannya, alat-alat batu yang digunakan pada masa berburu dan
meramu tingkat awal digolongkan menjadi dua. Pertama, disebut tradisi batu
inti, pembuatan alat dilakukan dengan cara pemangkasan segumpal batu atau
kerakal untuk memperoleh satu bentuk alat, misalnya kapak perimbas, kapak
genggam, atau kapak penetak. Kedua, disebut tradisi serpih yaitu alat- alat
batu yang dibuat dari serpihan atau pecahan-pecahan batu.
Alat-alat
serpih ini ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat-alat batu
lainnya dan ditemukan secara terpisah. Di beberapa tempat seperti Sangiran
(Jawa Tengah) atau di Sagadat (Timor) alat-alat serpih menjadi unsur pokok
perkembangan budaya masyarakat waktu itu.
Tradisi
alat-alat serpih yang berkembang pada masa berburu dan meramu tingkat awal
bentuk alat-alatnya masih sederhana. Pada masa berikutnya, terutama ketika
manusia sudah menetap sementara di goa-goa, tradisi alat serpih menjadi penting
dan menjadi perkakas utama dalam kehidupan sehari- hari. Bentuknya pun beraneka
ragam dan teknik pembuatannya lebih maju dibanding masa sebelumnya. Ketika
bahan dasar dari alat serpih yang berupa batuan obsidian mulai digunakan,
alat-alat ini mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia.
Tradisi
alat serpih ini persebarannya juga luas. Di Jawa misalnya, alat serpih
ditemukan di daerah Punung, Gombong, Jampangkulon, Parigi, Sangiran, dan
Ngandong. Sedangkan di Sumatera, alat serpih hanya ditemukan di daerah Lahat.
Di Sulawesi alat serpih tersebut ditemukan juga di satu daerah Cabbenge. Di
Sumbawa alat serpih tersebut ditemukan di daerah Wangka, Soa, dan Mangeruda. Di
Timor alat serpih tersebut ditemukan di daerah Atambua, Ngoelbaki, Gassi Liu,
dan Sagadat.
Pembuatan
alat dengan menggunakan bahan tulang dan tanduk agaknya pada masa berburu dan
meramu tingkat awal ini masih sangat terbatas. Hal itu terlihat dari temuan
alat-alat yang hanya ada di satu tempat, yakni di Ngandong. Alat-alat dari
tulang ini biasanya digunakan untuk sudip atau mata tombak yang berbgerigi di
kedua sisinya. Sedangkan alat-alat dari tanduk menjangan kemungkinan digunakan
untuk mengorek tanah karena di bagian ujung terdapat runcingan. Pembuatan alat
dari tulang dan tanduk ini terus berlanjut ketika manusia sudah menetap di
goa-goa. Bahkan dari beberapa temuan terdapat alat tanduk yang sudah
dihaluskan.
Sejarah Perkembangan Teknologi
1. Masa Prasejarah
Pada zaman ini, teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berfungsi sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk yang manusia kenal. Untuk menggambarkan informasi yang diperoleh, mereka menggambarkannya pada dinding-dinding gua tentang berburu dan binatang buruannya. Pada masa ini, manusia mulai mengidentifikasi benda-benda yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, kemudian melukiskannya pada dinding gua tempat tinggalnya. Awal komunikasi mereka pada zaman ini hanya berkisar pada bentuk suara dengusan dan menggunakan isyarat tangan.Pada zaman prasejarah mulai diciptakan dan digunakan alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang, terompet yang terbuat dari tanduk binatang, dan isyarat asap sebagai alat pemberi peringatan terhadap bahaya.
a. 3000 SM
Untuk yang pertama kali, tulisan digunakan oleh bangsa Sumeria dengan menggunakan simbol-simbol yang dibentuk dari piktografi sebagai huruf. Simbol atau huruf-huruf ini juga mempunyai bentuk bunyi (penyebutan) yang berbeda sehingga mampu menjadi kata, kalimat, dan bahasa.
b. 2900 SM
Pada 2900 SM, bangsa Mesir Kuno menggunakan huruf hieroglif. Hieroglif merupakan bahasa simbol, dimana setiap ungkapan diwakili oleh simbol yang berbeda. Jika simbol-simbol tersebut digabungkan menjadi satu rangkaian, maka akan menghasilkan sebuah arti yang berbeda. Bentuk tulisan dan bahasa hieroglif ini lebih maju dibandingkan dengan tulisan bangsa Sumeria.

c. 500 SM
Pada 500 SM, manusia sudah mengenal cara membuat serat dari pohon papyrus yang tumbuh di sekitar sungai Nil. Serat papyrus dapat digunakan sebagai kertas. Kertas yang terbuat dari serat pohon papyrus menjadi media untuk menulis atau media untuk menyampaikan informasi yang lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah liat yang sebelumnya juga digunakan sebagai media informasi.
d. 105 M
Pada masa ini, bangsa Cina berhasil menemukan kertas. Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah kertas yang kita kenal sekarang. Kertas ini dibuat dari serat bambu yang dihaluskan, disaring, dicuci, kemudian diratakan dan dikeringkan. Penemuan ini juga memungkinkan sistem pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan blok kayu yang ditoreh dan dilumuri oleh tinta atau yang kita kenal sekarang dengan sistem cap.
2. Masa Modern (1400 M s.d. Sekarang)
a. Tahun 1455Pada 1455, untuk pertama kalinya Johann Gutenberg mengembangkan mesin cetak dengan menggunakan plat huruf yang terbuat dari besi dan dapat diganti-ganti dalam bingkai yang terbuat dari kayu.
b. Tahun 1830
Augusta Lady Byron menulis program komputer yang pertama di dunia. Ia bekerja sama dengan Charles Babbage menggunakan mesin analytical yang didesain sehingga mampu memasukkan data, mengolah data, dan menghasilkan bentuk keluaran dalam sebuah kartu. Mesin ini dikenal sebagai bentuk komputer digital yang pertama, walaupun cara kerjanya lebih bersifat mekanis daripada bersifat digital.
c. Tahun 1837
Samuel Morse mengembangkan telegraf dan bahasa kode morse bersama Sir William Cook dan Sir Charles Wheatstone. Morse menggunakan kode-kode sederhana untuk mewakili pesan-pesan yang ingin dikirimkan dengan menggunakan pulsa listrik melalui kabel tunggal. Namun sinyal-sinyal yang dapat dikirim dengan baik hanya berada dalam jarak 32 km. Untuk jarak yang lebih jauh, sinyal-sinyal yang diterima menjadi terlalu lemah untuk direkam. Kemudian, Morse membangun peralatan relai yang ditempatkan di setiap 32 km dari stasiun sinyal. Relai tersebut berfungsi untuk mengulangi sinyal yang diterima dan mengirimnya kembali ke 32 km berikutnya. Relai terdiri dari sakelar yang dioperasikan secara elektromagnetik. Sistem telegraf kemudian segera digunakan untuk bisnis yang membutuhkan pengiriman pesan secara cepat untuk jarak yang jauh, seperti surat kabar dan pesan untuk perjalanan kereta api.
d. Tahun 1877
Pada 1877, Alexander Graham Bell menciptakan dan mengembangkan telepon yang dipergunakan pertama kali secara umum. Pada 1879, sistem pemanggilan telepon mulai menggunakan nomor yang menggantikan sistem pemanggilan nama. Hal ini untuk mencegah operator yang tidak mengenal semua pelanggan. Sistem penomoran telepon menggunakan huruf dan angka, dimana nomor telepon menggunakan sistem dua huruf dan lima digit angka.
e. Tahun 1889
Pada 1889, Herman Hollerith menerapkan prinsip kartu perforasi untuk melakukan penghitungan. Tugas pertamanya adalah menemukan cara yang lebih cepat untuk melakukan perhitungan bagi Biro Sensus Amerika Serikat. Sensus yang dilakukan pada 1880 membutuhkan waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan perhitungan. Dengan berkembangnya populasi, Biro Sensus tersebut memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk menyelesaikan perhitungan sensus.
Hollerith menggunakan kartu perforasi untuk memasukkan data sensus yang kemudian diolah oleh alat tersebut secara mekanik. Sebuah kartu dapat menyimpan hingga 80 variabel. Dengan menggunakan alat tersebut, hasil sensus dapat diselesaikan dalam waktu enam minggu. Selain memiliki keuntungan dalam bidang kecepatan, kartu tersebut berfungsi sebagai media penyimpan data. Tingkat kesalahan perhitungan juga dapat ditekan secara drastis.
f. Tahun 1931
Pada 1931, Vannevar Bush membuat sebuah kalkulator untuk menyelesaikan persamaan differensial. Mesin tersebut dapat menyelesaikan persamaan differensial kompleks yang selama ini dianggap rumit oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Mesin tersebut sangat besar dan berat karena ratusan gerigi dan poros yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan.
g. Tahun 1939
Pada 1939, Dr. John V. Atanasoff dan dibantu oleh Clifford Berry berhasil menciptakan komputer elektronik digital pertama. Sejak saat ini, komputer terus mengalami perkembangan sehingga menjadi semakin canggih. Mengenai sejarah perkembangan komputer ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
h. Tahun 1973 – 1990
Pada masa ini, istilah internet diperkenalkan dalam sebuah paper tentang TCP/IP. Secara harfiah, internet (interconnected networking) diartikan sebagai rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Rangkaian pusat yang membentuk internet diawali pada 1969 sebagai ARPANET yang dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Beberapa penyelidikan awal yang disumbang oleh ARPANET di antaranya adalah kaedah rangkaian tanpa pusat (decentralised network), teori queueing, dan kaedah pertukaran paket (packet switching).
Pada 1981, National Science Foundation mengembangkan backbone yang disebut CSNET dengan kapasitas 56 Kbps untuk setiap institusi dalam pemerintahan.
Pada 1 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, dari NCP ke TCP/IP. Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal sekarang. Kemudian pada 1986, IETF mengembangkan sebuah server yang berfungsi sebagai alat koordinasi di antara DARPA, ARPANET, DDN, dan Internet Gateway. Pada 1990-an, internet telah berkembang dan menyambungkan banyak pengguna jaringan-jaringan komputer yang ada.
i. Tahun 1991 – Sekarang
Sistem bisnis dalam bidang IT pertama kali terjadi ketika CERN memungut bayaran dari para anggotanya untuk menanggulangi biaya operasionalnya. Pada 1992, mulai terbentuk komunitas internet dan diperkenalkannya istilah World Wide Web (www) oleh CERN. Pada 1993, NSF membentuk InterNIC untuk menyediakan jasa pelayanan internet menyangkut direktori dan penyimpanan data serta database (oleh AT&T), jasa registrasi (oleh Network Solution Inc), dan jasa informasi (oleh General Atomics/CERFnet). Pada 1994, pertumbuhan internet melaju dengan sangat cepat dan mulai merambah ke dalam berbagai segi kehidupan manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pada 1995, perusahaan umum mulai diperkenankan menjadi provider dengan membeli jaringan di backbone. Langkah ini memulai pengembangan teknologi informasi, khususnya internet dan penelitian-penelitian untuk mengembangkan sistem dan alat yang lebih canggih.




No comments:
Post a Comment