GURU PEMBIMBING:
Disusun oleh: Nurhadi
norman
Assalamualaikum war.wab
Puji syukur saya panjatkan atas
kehadirat ALLAH SWT.Karena atas karunia dan rahmat kesehatan yang telah
diberikannya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktu.Tidak lupa
saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, karena
beliau telah menyiapkan fasilitas-fasilitas yang saya butuhkan untuk dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
Terimakasih saya ucapkan juga kepada
guru saya, karena berkat adanya tugas ini dapat menambah pengetahuan
saya.Terimakasih juga untuk teman-teman saya, karena berkat kalian saya bisa
mengintropeksi tugas saya jika ada kekurangannya.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih
kepada kalian yang sudah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu)
merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang
bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732.Beberapa saat kemudian,
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada
tahun 752.Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai.Nama Mataram
sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.
Pada umumnya para sejarawan menyebut
ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya
dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode
Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada
nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu
aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang
direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra
berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di
Pulau Sumatra.Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya
bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa
Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan
istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan
kembali Wangsa Sanjaya.
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan
berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo
di Jawa Tengah.Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti
Canggal.Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu
pada awalnya dipimpin oleh Sana.Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang
oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja
Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu
Dinasti Syailendra yang beragama Budha.Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut
di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama
Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah.
Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan
masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung.Caranya adalah melalui
pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai
Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal
keunggulannya dalam pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang
diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh
Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain
Candi Rara Jongrang di Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan.
Pada zaman pemerintahan Raja Rakai
Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya.
Keadaan menjadi semakin buruk
setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana.
Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk
memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia
membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin
pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai seorang raja yang besar.Ia
adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara
yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya.
Raja Panangkaran lebih progresif dan
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang.
Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh
di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai
Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan
beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi
Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan
meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak.Pada zaman pemerintahan Rakai Warak,
ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak
masyarakat yang mengenal agama tersebut.Setelah Rakai Warak meninggal kemudian
digantikan oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal
ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan,
semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah
luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi
Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan
oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak
menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan.Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno
mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan
oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de
Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952).Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan
Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk
kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar
tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah
penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke
Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan
membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah
Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan
sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram.Ibu dari Sanjaya
adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara.
Ayah dari Sanjaya adalah
Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja
Galuh kedua (702-709 M).Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus
Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja
Sunda.Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal pada tahun
723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya.Di tangannya, Sunda dan
Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh
kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan).
Di Kalingga, Sanjaya memegang
kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari
Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita
Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal.
Rakai Panangkaran dikalahkan oleh
dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra.Berdasarkan penafsiran
atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama
Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi
Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang
dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra
yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan
Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya.
Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
Selama ini kerajaan Medang dianggap
diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan
Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bosch.
Pada awal era Medang atau
Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah.Menurut para ahli
sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa
Sailendra.
Mengenai persaingan kekuasaan
tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama
berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch
mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini.
Menurutnya hanya ada satu
wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang.Sanjaya
dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga.Ditambah menurut Boechari,
melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada
mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut
Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari
keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun
prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam
prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi,
peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha
(Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang
bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Berdasarkan penafsiran atas prasasti
Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung
Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja
Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang
musuh.Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih
kemenakan Sanna.
Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan
Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i
Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton
yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk
peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton
baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian
pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki
musuh dan berpindah ke Surakarta.Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan
berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa.
Hal ini sama dengan Airlangga pada
zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan
wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa
Isyana.
Maka disimpulkan meski Sanjaya
memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa
Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra.
Pada masa pemerintahan raja Indra
(782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri
Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi
Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati
Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra
menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di
sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun
pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).Borobudur merupakan monumen
Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa
Indonesia.
Dari hasil pernikahannya
dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan
putra bernama Balaputradewa.Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka
selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
Rakyat Mataram menggantungkan
kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak
kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil
pertaniannya.
Usaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai
Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras,
buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.
Juga hasil industry rumah tangga,
seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan
barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti
kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai
mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk
membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran
Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas
perdagangan melalui aliran sungai tersebut.
Sebagai imbalannya, penduduk desa di
kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak.
Lancarya pengangkutan perdagangan
melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan
oleh beberapa faktor.Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang
mengeluarkan lahar.Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan
oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.Kedua, runtuhnya
kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
Ketiga, runtuhnya kerajaan dan
perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi.Di Jawa Tengah
daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya
pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali
merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah
sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan
sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa
timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan.
Mpu Sindok yang membentuk dinasti
baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan
dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah.
Mpu Sindok memerintah sejak
tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan
Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan
Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti
Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang
berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu
Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
a. Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi
di komples Gedong Sanga.Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran
sekitar 4 m2.Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi
barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh
candi.Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar
sekitar 1 m dari tubuh candi.
b. Candi Semar
b. Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan
Candi Arjuna.Denah dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah
utara-selatan.Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang
dalam tubuh candi terdapat di sisi timur.Pintu masuk tidak dilengkapi bilik
penampil.Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan
kepala naga di pangkalnya.Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa rahang
bawah.
3. Candi Puntadewa
3. Candi Puntadewa
Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu
besar, namun candi ini tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur
bersusun setinggi sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke dalam ruang dalam
tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat bersusun dua, sesuai dengan batur
candi.
Atap candi mirip dengan atap Candi
Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar.Puncak atap juga sudah hancur, sehingga
tidak terlihat lagi bentuk aslinya.Di keempat sisi atap juga terdapat relung
kecil seperti tempat menaruh arca.Pintu dilengkapi dengan bilik penampil dan
diberi bingkai yang berhiaskan motif kertas tempel.
4. Candi Sembrada
Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar.Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil.Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil.Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk tubuh candi tampak seperti poligon.
5. Candi Srikandi
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna.Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus.Di sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil.Pada dinding utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada dinding selatan menggambarkan Brahma.Sebagian besar pahatan tersebut sudah rusak.Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
6. Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh
dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasandan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut
dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara
Adisucipto.
Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan
Mataram Kuno dengan
bentuk yang sangat indah.Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa
seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan
sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan.Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya.Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan.Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya.Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
2. Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra.Di dalam prasasti
Karangtengah yang
bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja
Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan
bambu.Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.
Secara umum kerajaan Mataram
Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu
Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah Isyana berasal dari
nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah
menjadi raja Medang (929–947).
Silsilah Wangsa Isyana
dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja
yang mengaku keturunan Mpu Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga
prasasti yang berangka tahun yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888
Saka (966 M) prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan prasasti ucem
tahun 934 Saka (1012-1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai
Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras,
buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.
Juga hasil industry rumah tangga,
seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan
barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau,
sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjualbelikan.
No comments:
Post a Comment