Kelompok
kepentingan adalah sekelompok manusia yang mengadakan persekutuan yang didorong
oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Kepentingan ini dapat berupa kepentingan
umum atau masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu. Contoh
persekutuan yang merupakan kelompok kepentingan, yaitu organisasi massa,
paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok daerah asal, dan paguyuban hobi
tertentu.[1]
Kelompok
kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu “kepentingan” dengan
mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang
menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan
tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat,
melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi
yang berwenang maupun menteri yang berwenang.[2]
Kelompok
Penekan (Pressure Group)
Kelompok
penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk lembaga kemasyarakatan
dengan aktivitas atau kegiatannya memberikan tekanan kepada pihak penguasa agar
keinginannya dapat diakomodasi oleh pemegang kekuasaan. Contohnya, Lembaga
Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani, dan Lembaga Swadaya Masyarakat Penolong
Korban Gempa. Pada mulanya, kegiatan kelompok-kelompok ini biasa-biasa saja,
namun perkembangan situasi dan kondisi mengubahnya menjadi pressure group.[3]
Partai
Politik
Partai politik
merupakan sarana seseorang untuk melakukan partisipasi politik sebagai
aktualisasi hak-haknya sebagai warga negara. Partai politik tidak bisa lepas
dari peran warga negara sebagai pendukungnya. Melalui partai, seorang warga
akan melakukan partisipasi politik, yang mana hal ini mencakup semua
kegiatan sukarela seseorang dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik,
pembentukan kebijakan publik, memilih dalam pemilihan umum, menjadi anggota
partai, kelompok kepentingan, kelompok penekan, duduk dalam lembaga legislatif
dan sebagainya.[4]
A.
Pengertian Partai Politik
Secara umum
partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Adapun tujuan
dibentuknya sebuah partai adalah untuk memperoleh kekuasaan politik, dan
merebut kedudukan politik dengan cara (yang biasanya) konstitusional yang mana kekuasaan
itu partai politik dapat melaksanakan program-program serta kebijakan-kebijakan
mereka.
Berikut akan
dipaparkan beberapa definisi partai politik oleh para ahli :
- Menurut R.H Soltau, partai
politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir,
yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk mengendalikan dan menguasai
pemerintahan serta melaksanakan kebijakan umum mereka.[5]
- Menurut Carl J. Frederich,
partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan
bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.
- Menurut Sigmund Neumann dalam
bukunya Modern Political Parties, partai politik adalah organisasi
dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu
golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.[6]
- Menurut Mark N. Hagopian,
partai politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi
bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip
dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara
langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.[7]
B. Sejarah
Perkembangan Partai Politik
Partai telah
digunakan untuk mempertahankan pengelompokan yang sudah mapan seperti gereja
atau untuk menghancurkan status quo seperti yang dilakukan Bolsheviks
pada tahun 1917 pada saat menumbangkan kekaisaran Tsar.
Pada awal
abad ke-19 gereja katolik di Eropa menyatukan diri pada pemerintahan demokrasi,
dan pemilihan sebagai sarana demokrasi dilaksanakan dengan jalan membentuk
partai Kristen Demokrat yang secara bertahap melepaskan orientasi keagamaan
mereka demi organisasi, program, dan panggilan partai. Langkah ini kemudian
diikuti oleh pembentukan partai Sosialis yang meninggalkan cara revolusi untuk
mengadakan perombakan. Setelah Perang Dunia Kedua, partai komunis mengalami hal
yang sama. Sisi tajam revolusi sebagai ciri partai komunis menjadi tumpul. Di
beberapa negara yang baru merdeka, partai politik muncul dengan misi menanamkan
partisipasi dan kesadaran politik pada masyarakat yang merasa tidak puas dan
terasingkan.
Tahap kedua
perkembangan partai politik muncul setelah pertengahan abad ke-19. Pertama,
perluasan daerah lingkup pemilihan di Amerika sekitar pertengahan tahun 1830-an
dan antara 1848-1870, dan pada waktu yang hampir bersamaan juga terjadi di
Jerman dan di negara-negara Eropa Barat lainnya. Abad ke-19 adalah abad
politik, di mana masalah-masalah politik seperti pemilihan umum, kebebasan
membentuk asosiasi, hubungan antara gereja dan negara, dab perkembangan
instrumen demokrasi itu sendiri, telah menjadi isu utama dan perdebatan.
Tahap ketiga
perkembangan parta-partai terjadi pada sebelum dan sesudah akhir abad ke-19.
Pada periode ini Maurice Duverger secara jitu mengkaitkan pertumbuhan dari apa
yang disebut partai-partai diluar parlemen (extra parliamentary parties).
Cikal bakal organisasi tersebut sumbernya bukan berasal dari parlemen melainkan
dari orang-orang yang tidak senang terhadap parlemen.
Keyakinan
dan disiplin kaku menyertai munculnya partai-partai komunis Eropa Barat, yang
didirikan setelah Perang Dunia I. Partai komunis pada dasarnya merupakan
kombinasi antara seorang tentara dan sebuah gereja, keras pendirian,
berdisiplin tinggi dan seringkali menentukan secara efektif komitmen dan
loyalitas penuh para anggota secara individual.
Setelah
Perang Dunia II, semua partai politik Dunia Barat dan negeri industri maju
(termasuk Uni Soviet dan Jepang) mulai menampakkan beberapa karakteristik baru.
Semua partai menjadi semacam pedagang perantara (broker) dari suatu
masyarakat yang terjadi karena kemajuan industri. Oleh karena itu partai
menjadi lebih representatif dan lebih reformis. Partai tidak lagi berusaha
menyelesaikan isu dengan penyelesaian total yang mencakup struktur sosial
dan ekonomi masyarakat tetapi lebih dengan kompromi dan perubahan sedikit demi
sedikit.
Kondisi-kondisi
di mana partai lahir dan berkembang di Barat jauh berbeda dengan kemunculan
partai-partai di negara baru. Partai politik di negara bekas jajahan muncul
untuk mengatasi masalah-masalah, yang pihak barat (pemerintah kolonial) tidak
terlibat secara langsung. Serangkaian masalah tersebut adalah emansipasi dan
identitas nasional, pembuatan nilai-nilai (aturan) tentang pelaksanaan
partisipasi politik, penciptaan lembaga baru yang legitimate (absah),
pembentukan norma-norma baru yang mendukung dan pembentukan lembaga pemerintah
yang membagi ganjaran sementara menarik dukungan.
Perbedaan
antara Barat dan negara-negara baru sangatlah mudah. Di negara baru, tidak
adanya sistem yang mendukung terciptanya partai politik, tidak ada legitimasi
prosedur pemerintahan yang memungkinkan partai dapat beroperasi dan yang dapat
didukung oleh partai yang hanya sedikit berpengalaman dengan sistem
pemerintahan perwakilan dan tidak adanya pengertian umum yang mendefinisikan
hak-hak umum tertentu secara terbatas.[8]
C. Tipe-Tipe
Partai Politik
Dari segi
komposisi dan fungsi keanggotaannya, partai politik dapat dibagi menjadi :
a.
Partai Kader
Disebut juga
partai elite atau tradisional yang dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
Eropa dan Amerika. Tipe Eropa bertujuan untuk mendapatkan anggota sebanyak
mungkin, tetapi lebih menekankan pada dukungan dari orang-orang
terkemuka, lebih memperhatikan kualitas daripada kuantitas. Sedangkan tipe
Amerika menekankan pada usaha menjaring tokoh partai yang loyal.
b.
Partai Massa
Tekhnik
mengorganisasi partai dilakukan oleh gerakan sosialis, yang kemudian diambil
oleh partai komunis dan banyak digunakan di negara-negara berkembang. Dapat
dibedakan menjadi tipe sosialis, yang berorientasi terhadap kaum buruh. Tipe
partai komunis yang diorganisasi secara otoriter dan terpusat, lebih
menggambarkan sentralisasi daripada demokrasi. Tipe partai fasis, menggunakan
tekhnik militer untuk mengorganisasi politik massa.
c.
Tipe Partai Tengah
Dari segi
sifat dan orientasi partai politik dibagi menjadi :
a.
Partai Perlindungan (Patronage Party)
Partai
perlindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang longgar, disiplin yang
lemah dan biasanya tidak mementingkan pemungutan suara secara teratur. Tujuan
pendiriannya adalah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang
dicalonkannya, partai ini hanya giat menjelang pemilihan umum.
b.
Partai Ideologi
Biasanya
mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijakan pimpinan dan
berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat.[10]
D. Sistem
Kepartaian
1.
Sistem partai tunggal
Merupakan
sistem dimana hanya ada satu partai didalam satu negara. Partai tersebut
memiliki kedudukan dominan dibandingkan dengan partai lain.
2.
Sistem dwi-partai
Pada sistem
dwi-partai, partai-partai politik dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu
partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi
(karena kalah dalam pemilihan umum). Partai yang kalah berperan sebagai
pengecam utama terhadap kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan.
3.
Sistem Multi-Partai
Sistem
mult-partai memiliki banyak jenis partai politik didalamnya. Keanekaragaman
ras, agama atau suku bangsa yang kuat membuat masyarakat cenderung untuk
menyalurkan ikatan-ikatan terbatas yang mereka miliki ke dalam satu wadah saja.
Sistem multi-partai dianggap lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan
politik daripada pola dwi-partai.
E. Fungsi
Partai Politik
1.
Fungsi di Negara Demokrasi
Dalam negara
demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi antara lain :
§
Sebagai sarana komunikasi politik
Salah satu
tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat bisa diminimalkan.
§
Sebagai sarana sosialisasi politik
Partai
politik memainkan peran dalam membentuk pribadi anggotanya. Sosialisasi yang
dimaksudkan adalah partai berusaha menanamkan solidaritas internal partai,
mendidik anggotanya, pendukung dan simpatisannya serta bertanggung jawab
sebagai warga negara dengan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan
bersama.
§
Sebagai sarana rekruitment politik.
Partai
politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam
kegiatan politik sebagai anggota partai. Cara-cara yang dilakukan oleh partai
politik sangat beragam, bisa melalui kontrak pribadi, persuasi atau menarik
golongan muda untuk menjadi kader.
§
Sebagai sarana pengatur konflik.
Partai
politik harus berusaha untuk mengatasi dan memikirkan solusi apabila terjadi
persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat. Namun, hal ini lebih sering
diabaikan dan fungsi-fungsi diatas tidak dilaksanakan seperti yang diharpakan.
§
Sebagai sarana partisipasi politik
Partai
politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian dan
minat warga negara agar bersedia masuk dan aktif sebagai anggota partai
tersebut. Partai politik juga melakukan penyaringan-penyaringan terhadap
individu-individu baru yang akan masuk kedalamnya.
§
Sebagai sarana pembuatan kebijakan
Fungsi partai
politik sebagai pembuat kebijakan hanya akan efektif jika sebuah partai
memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan rakyat.
Dengan memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa dalam menempatkan
orang-orangnya sebagai eksekutif dalam jabatan yang bersifat politis dan
berfungsi sebagai pembuat keputusan dalam tiap-tiap instansi pemerintahan.[11]
2.
Fungsi di Negara Otoriter
Menurut
faham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi apakah
partai tersebut berkuasa di negara ia berada. Karena partai komunis bertujuan
untuk mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna
menguasai semua partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang
demokratis.
Partai
komunis juga mempunyai beberapa fungsi, namun sangat berbeda dengan yang ada di
negara demokrasi. Sebagai sarana komunikasi partai politik menyalurkan
informasi dengan mengindokrinasi masyarakat dengan informasi yang menunjang
partai. Fungsi sebagai sarana sosialisasi juga lebih ditekankan pada aspek
pembinaan warga negara ke arah dan cara berfikir yang sesuai dengan pola yang
ditentukan partai. Partai sebagai sarana reruitment politik lebih mengutamakan
orang yang mempunyai kemampuan untuk mengabdi kepada partai.
Jadi pada
dasarnya partai komunis mengendalikan semua aspek kehidupan secara monolitik
dan memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang
sejalan dengan kepentingan partai.[12]
3.
Fungsi di Negara Berkembang
Di
negara-negara berkembang, partai politik diharapkan untuk memperkembangkan
sarana integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara
baru sering dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai
golongan, daerah, serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan
pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.[13]
No comments:
Post a Comment